Saturday, 10 February 2018

Kisah Keguguran dan Kuretase Masa Kini

Hellow there...

Diawali dengan kabar gembira, tapi ternyata nggak segembira itu, karena calon adeknya Bara ternyata nggak jadi. Hix...

Sedih? Sedikit. Kenapa cuman sedikit? Karena saya udah set ekspektasi dulu sih waktu pertama kali test pack dan masuk ruang dokter. 

Jadi begini ceritanya...

Tahun 2018, saya merasa kok capek banget setiap masuk kantor, ga ada semangat, lelah, letih, lesu, gampang ngantuk. Apa ini akibat kurang liburan di akhir tahun kemarin? Apa ini akibat kurang nonton? Kurang duit belanja? (Terus aja Ni... cari kambing hitam...). 

Minggu kedua, saya merasa mual hebat, nggak doyan makan sama sekali. Karena saya kira asam lambung, saya minum Gazero dan Mylanta, tapi ternyata nggak ngaruh juga. Besoknya saya mens. Oh... mungkin akibat mens, jadi perut terasa gassy dan mual terus. Tiap pagi mualnya tambah parah, Kristian udah curiga, dan nanya ke mamer, "Nia hamil ya Ma?". (Pertanyaan macam apa itu? Kenapa kamu tanya ke Mama, mas? Emang siapa lagi yang mampu menghamili akoh??). "Ga mungkin lah Mo, aku kan lagi dapet.", saya sih bilangnya begitu. Masalahnya dapetnya tuh lama daripada biasanya. Seminggu. Dengan keadaan indung telur saya yang tinggal satu (ntar deh diceritain lagi), saya biasanya menstruasi cuman 3 hari dan dengan output yang sedikit. 

Mual- mual dan gassy nya lalu diperparah dengan adanya batuk. Akhirnya, saya tumbang, ijin sakit sama Pak Bos. Sambil istirahat di rumah, entah karena dorongan apa, saya mencoba test pack iseng- iseng. Ternyata eh ternyata... hasilnya positif sodara- sodara...

Antara seneng dan takut.

Seneng karena emang sudah berencana untuk hamil lagi, dan takut karena 'berarti kemaren gue bleeding donk, bukan dapet?'. Buru- buru saya WA Kristian untuk pulang tenggo supaya nanti malam bisa nganterin ke dokter Budi Santoso, SPOG di Eka Hospital. Jadi terjawablah alasan kenapa saya gampang capek sama mual- mual kemarin. 

Begitu masuk ruangan dan di USG, ternyata emang kabar dari dokter nggak begitu bagus. Intinya, betul ada kantong kehamilannya, tapi.... kantongnya itu ukurannya terlalu besar dan kulitnya lebih tipis dari normalnya. Jadi kondisinya tidak bagus. Pulang- pulang, dikasih penguat kandungan dan folamil dan dilihat 2 minggu ke depan kondisinya gimana. 

Dua minggu kemudian... datanglah saya ke dokter Budi lagi. Ternyata dokter Budi bilang, "Iya Bu bener, janinnya ga berkembang dan nggak ada detak jantungnya. Harusnya umur 7-8 minggu udah ada detak jantungnya. Saya rujuk untuk kuret ya.". Long story short, akhirnya setuju untuk kuret 3 hari lagi. Saya juga sempat untuk cari second opinion ke dokter Muchlis Lubis, SPOG di RS Buah Hati, dan dokter Muchlis pun menegaskan kalau benar ini memang Blighted Ovum.


blighted ovum (also known as “anembryonic pregnancy”) happens when a fertilized egg attaches itself to the uterine wall, but the embryo does not develop. Cells develop to form the pregnancy sac, but not the embryo itself. A blighted ovum occurs within the first trimester, often before a woman knows she is pregnant. (source: americanpregnancy.org/pregnancy-complications/blighted-ovum/)

Ya sudahlah... Karena udah set ekspektasi rendah, jadinya nggak begitu sedih. Lebih ke - kecewa sihh... Hari yang udah ditentukan untuk kuret, berangkat pagi- pagi, terus urus administrasi ini itu. Terus pulang dan sampai rumah jam 3.30 sore. After effect agak mules- mules sedikit sampai jam 7 malam, dan diare dua kali. Tapi habis itu udah nggak ada efek samping sama sekali. Akan 'nifas' tapi nggak selama seperti sehabis melahirkan. 

Surprisingly, besoknya badan langsung seger, jerawat ilang, mual pun tiada. Yaeyalah, kan yang dikasih makan di perut udah nggak ada. Hormon pun kembali seperti semula. Anyway, saya ngerasa 'hamil' kali ini capeeeeek banget dan muaaaal banget daripada hamil Bara. Ya mungkin karena ada yang nggak beres kali yeee.

Cao!
Nia
 

I am Nia Template by Ipietoon Cute Blog Design