Friday, 30 September 2011

Jakarta-Bandung-Jakarta

Pernahkan kamu merasakan ingin sekali mempunyai sesuatu?

Aku sedang ingin. Ingin sekali. Tapi rasa rasanya tidak bisa tercapai. Ingin apa? Ingin ada embel- embel S.T di belakang namaku...

Ya... Emang klise sih, tapi bukannya setiap orang yang kuliah pengen lulus? Sama aja kayak setiap orang yang lapar pengen kenyang. Ya... Aku kelaparan. Alhasil, hidupku akhir- akhir ini berakhir melodramatis. Nonton Oprah nangis, nonton the Ghost Wisperer nya Jennifer Love Hewwit nangis, nonton National Geographic nangis, bahkan nonton animax juga nangis. Lebih nangis lagi kalo nonton putri yang ditukar. Sedih... Kenapa masih ada yang mau nonton anak 16 tahun dibedakin kayak ibu- ibu dan diculik ke Hongkong.

Okey, back to basic. Kesalahan sebenarnya terletak di aku. Yang udah ngelamar kerja sebelum lulus. Ga kepikiran aja kalau kerja menguras tenaga dan otak. Capek. Pulang- pulang cuman pengennya nonton Glee sambil merem melek karena ngantuk. Udah gak cukup otaknya buat kerja lagi. Dan ternyata bolak balik Jakarta- Bandung- Jakarta dalam sehari seminggu sekali itu sangat melelahkan. Apalagi kalau cuman buat ketemu dosen setengah jam.

Yeah, I don't want to get tortured. I think my BF already enough to  hear from me about this matter...

Dear, blog sayang... Maapin mamah ya :*

Wednesday, 21 September 2011

Bizarre Love Triangle

Ini adalah kisah tentang istri yang ditukar...

 

Pada suatu ketika, tersebutlah cerita tentang suami istri yang tinggal di suatu kota metropolitan. Sebut saja mereka tinggal di Jekardah.

Sang suami sebenarnya terpaksa menikah dengan istrinya, dia hanya ingin menyenangkan hati ayah ibunya karena sudah 50 tahun ia menjomblo, namun belum ada yang mau dengannya, lagian, bapak ibunya berpesan sebelum meninggal, "Nak, jangan mau jadi jomblo seumur hidup, ibu gak tahan lagi digosipin di dunia. Apalagi di akherat.", kata ibunya.

 

Pada suatu hari, sepasang suami istri tersebut pergi ke warteg a.k.a warung tega(l). Sudah 3 tahun mereka menikah, sang suami tetap tidak bisa jatuh cinta kepada istrinya, sampai suatu saat semuanya berubah...

Ketika sang suami melihat sebuah sosok di warteg itu...

Dia imut, putih, langsing, mulus, mempesona, kepalanya besar, menunjukkan intelejensia tak terhingga. Tertutup dengan topi hijau, dia sangat sempurna.

Tak ayal lagi, sang suami langsung jatuh cinta pada sosok tersebut. Ia pun rela menukar istrinya dengan sosok itu. Ya... sang suami rela menukar istrinya dengan sebatang tauge...

 

Setelah tauge dan sang lelaki bertemu, dunia pun berubah. Sang suami terus menerus memandangi tauge. Ia tidak peduli dengan istrinya lagi, yang sekarang meringkuk di baskom sayur tempat tauge biasa nongkrong sepanjang hari menunggu pelanggan.

 

Pada suatu hari, tetangga si suami itu, pergi ke warteg. Ia terkejut setelah tahu, bahwa ada suami yang tega menukar istrinya dengan sebatang tauge putih. Dengan berat hati, si tetangga itu pun membeli sang istri dengan harga Rp 2000 sebungkus. Lalu ia pergi ke rumah suami istri tersebut. Tujuannya adalah untuk mengantar sang istri kepada pelukan suaminya.

 

Kehidupan sang suami sekarang mulai berubah. Ia sering senyum- senyum di depan tauge. Ia menciumi tauge, walaupun baunya sudah seperti sayuran basi. Ketika itu, tetangganya mengetuk pintu. Sang suami dengan malas membuka pintu, ia merasa kesenangannya terganggu.

 

"Permisi Pak, saya membawakan bungkusan untuk bapak.", kata tetangganya.

"Apa ini? Pakai repot- repot segala", ucapnya basa- basi.

"Ini istri bapak pak...Is....triiii...ba....paaakkk...", kata tetangganya dengan slow motion.

"Oh, kan udah saya tuker pake tauge, Bu."

"Apa?" (zoom in...zoom out)

"Bisa ibu jual lagi, atau ibu jadikan orak arik..."

Lalu sang suami beralih pandang ke bungkusan yang berisi istrinya...

"Kamu saya talak satu"

"Kamu saya talak dua"

"Kamu saya talak tiga"

"Selesai"

 

Sang suami kembali lagi asyik masyuk dengan taugenya.

 

"Tunggu, kenapa bapak tega melakukan ini? Anda membuang istri Anda sendiri???"

, kata tetangganya.

 

 

Hening...

 

"Daripada bapak buang istri bapak, lebih baik saya jadikan isi tahu jeletot saja.

.. Boleh??"

 

 

Sang istri bengong...

 

 

 

-Fin-

Wednesday, 7 September 2011

Lubang Air Mata dan Korelasi Terhadap Ayah

Aku tahu, aku terlahir setelah 31 tahun kau bernafas, setelah hampir 10 bulan kau menunggu. Mungkin terlalu jauh umur kita, kau pikir. Aku memang tak pernah mengerti apa yang kau pikirkan dan jalan pikiranmu. Memang kita tak pernah jadi sahabat, Pak. Sebagaimana aku mencoba. Dari sapaan sederhana, kelitikan, tertawaan, sampai dengan pembahasan ikatan karbon, kimia industri, obat- obatan tradisional, dan filosofi kitab suci. Kadang aku tak mau pulang, hanya dengan memikirkan, semakin lama aku di rumah, semakin kita sering beradu mulut, atau berakhir dengan tangisan diam- diamku ketika aku terlalu kesal dan tak bisa mengungkapkan apa yang ada di hatiku, di otakku.

Memang, aku terlahir tak sempurna. Semua orang seperti itu, Pak. Aku bayi istimewa, terlahir tanpa lubang air mata. Setelah keluar dari rahim ibu, aku hanya berteriak, tanpa menangis. Aku jadi bertanya- tanya, apakah kau bersedih, apakah curiga, panik, atau biasa saja. Tahu- tahu, aku sudah mendapatkan lubang air mata baru. Ketika kini aku menangis, aku tersadar, lubang air mata berperan begitu besar. Seringkali aku menyesali, mengapa kau harus membuatkanku lubang air mata. Karena lubang artifisial itu, air mataku sering terkuras. Habis. Apalagi ketika kau tak pernah mau peduli, bagaimana kerasnya duniaku.

Kau ayah, kau bertitah, kau menunjuk, kau memerintah. Aku anak, aku menurut, aku menunduk. Apakah aku boleh menolak, saat kau memintaku masuk jurusan kedokteran? Itu ambisimu, Pak. Kau ingin menjadi seorang dokter. Aku tidak. Apakah kau mendengarkan aku ketika aku ingin mengatakan bahwa SPMB waktu itu salah tempat? Kau tuduh aku tak siap, tak pandai mengatur diri. Bukan salahku, Pak. Salah mereka, yang tak becus mengatur jadwal. Dua ribu anak lainnya terlantar, termasuk aku. Kau berkata, "Kamu mencoba mengajari aku?". Aku menangis, sedih, karena kau tak pernah mau peduli. Hatimu tak bertelinga, pikiranmu terlalu dangkal. Aku anakmu. Dan kau tidak mendengarkanku. Tak sadarkah, kau waktu itu mulai menebarkan benih benci di diri anakmu.

Aku setidaknya ingin kau mendengar apa yang bisa kau dengar. Aku perempuan, Pak. Aku berpikir menggunakan hati. Bertindak dengan sedikit rasio, dan menggunakan perasaan untuk berbicara. Sedang kau tak pernah mengerti. "Cuma begitu aja nangis!", serumu. Apakah aku harus menjadi seorang anak laki- laki sehingga aku bisa mengerti inginmu. Padahal aku sangka ikatan fusi begitu erat diantara kita. Aku terlalu banyak mewarisi sifatmu. Aku terus melatih diri agar tak sakit hati saat kau berbicara. Tapi kau anggap aku tak mendengarkanmu.

Terlalu banyak asumsi- asumsi berkecamuk di pikiranku. Berkelahi sendiri seperti suporter sepakbola yang melihat kesebelasannya kalah di lapangan hijau. Tolong beritahu aku, Pak. Dengan hati. Apa yang kau maksudkan ketika kau bertindak dan berucap. Ketika aku selesai menuliskan ini, aku akan mendidik diri, untuk mengungkapkan bahwa aku sayang Bapak. Dan aku tak akan berhenti berharap bahwa kau akan berkata, "Anakku, aku mencintaimu."

Tuesday, 6 September 2011

Euforia Lebaran 2011

Liburan lebaran 2011, yak! Dapet seminggu libur... Yay! Saya dan keluarga berencana untuk jalan- jalan ke Malang sambil mampir di sana sini. Reportnya, nanti deh, habis postingan ini. Minimal saya punya waktu buat menyusun kata- kata bagus :D

 

See ya!
 

I am Nia Template by Ipietoon Cute Blog Design