Tuesday, 15 November 2011

-?-

Tidak bolehkah aku sedikit terpesona,
pada hitam keriting rambutmu yang selalu kau cukur dua senti di atas kulit kepala
atau pada legam tubuhmu yang menjelaga karena pigmen yang tak merata

Kamu harusnya memang selalu ada,
meskipun hanya untuk memujaku semata.
Setiap aku mengucapkan selamat di pagi hari karena masih bisa bernapas lega,
walaupun dunia sudah mulai berduka

Sumbang nyanyianmu meretas sukma,
kapankah kita akan mulai mencinta?
Ternyata kamu hidup di dunia maya...

Monday, 14 November 2011

23

Hari ini aku bertanya- tanya, ketika Bapak sedang panik karena istrinya akan melahirkan anak pertama. Seperti apakah dia? Ketika ibu merasakan kesakitan bukaan di rahimnya, seperti apa wajahnya? Ketika seorang anak manusia akan memulai mencari dosa, apa yang dipikirkannya?

Sejak pertama aku memandang cermin, aku langsung jatuh cinta. Terpesona akan keindahan diri sendiri. Lalu memuji Sang Pencipta, mengapa Dia bisa membuat makhluk seperti ini. Hormatku ya Tuhan, atas segala sentuhan Mu pada diriku.

Aku kini 23.

Wednesday, 2 November 2011

Sebenernya Sih....

Sebenernya sih... Pengen banget nulis dengan kata- kata sophisticated, biar keliatan ciamik dan dahsyat. Cuman kenapa ya, vocab bahasa Indonesia saya tidak begitu banyak... Kalau dibandingkan dengan penulis lainnya, saya jadi merasa rendah diri.

Yah, mungkin untuk sementara, ini udah keren, biar begini adanya. Saya berbicara dengan otak saya yang sederhana, tidak ingin membuat orang berkerut jidat dan lapar mata mencari bahan bacaan lain. Minimal, tujuan saya menulis harus terwujud ketika orang membaca tulisan saya: terhibur. Mungkin sedikit mengerutkan jidat, tapi tidak sampai malas membaca.

Mungkin sekali- kali saya harus mencoba membawakan tulisan yang banyak artinya dan vocabnya harus nyari dua hari sebelumnya...

Ciao!

Puisi Hujan

Perhatikan saja, setiap orang yang memandang hujan
Lalu merindukan panas mentari dan mengumpat kenapa hujan lagi
Namun ketika mentari itu datang, mereka beranjak pergi
Bukan berterimakasih atas sang hari

Perhatikan saja, setiap orang yang memandang hujan
Mengambil gitar untuk memainkan lagu
Sambil mengingat kekasih yang telah berlalu
Mereka menciptakan lagu hujannya

Perhatikan saja, setiap orang yang memandang hujan
Lalu menangis, menemani hujan membasahi bumi
Lalu menjadi sendu, tiba- tiba kelabu
Menantikan seseorang yang dulu ada, dan sekarang tak akan kembali

Perhatikan saja, setiap orang yang memandang hujan
Kembali tak acuh dengan rintiknya
Lalu menulis puisi tentang orang lain yang memandang hujan
Tidak pernah peduli hujan dan terang, kemudian tertidur

Siapakah yang mengharapkan hujan?
 

I am Nia Template by Ipietoon Cute Blog Design