Tadi malam aku memintamu menginap di apartemenku, hanya sekedar untuk melepas rindu. Kau memang tak tersentuh, bahkan oleh tanganmu sendiri. Aku cukup bahagia melihat kau tertidur pulas di karpet bulu sambil berselimutkan sleeping bag yang biasa kubawa ke gunung. Di udara Jakarta yang sepanas ini, masih saja kau tidak bisa tidur tanpa selimut, walaupun nantinya saat bangun kau akan menemukan dirimu dalam keadaan basah seperti keluar dari kolam renang.
Pukul 3 pagi, waktu yang katanya begitu sakral, aku terbangun oleh mimpi yang menyebalkan. Di mimpiku, tidurku ditemani oleh seseorang laki- laki tak kukenal. Ketika bangun, dia mencium bibirku, lalu kucium bibirnya. Lalu dia tertawa, dia merasa aku miliknya. Harga diriku mati terbawa angin. Cih. Lalu aku berlari mencari kamu, namun kamu tak ada. Kamu hilang. Tawanya terus menggema di telingaku. Aku terbangun.
Saat mataku terbuka, kumelihat langit- langit kamar, lalu samar- samar kurasakan tanganmu memelukku dari belakang. Ternyata kau tak lagi berselimutkan karpet bulu, kau rebut selimutku.
Senyumku mengembang seperti anak kecil yang baru saja dibelikan balon. Ah, semoga tadi tak hanya mimpi. :)
Friday, 5 August 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment